Sejarah Kecelakaan Kereta di Indonesia yang Memakan Korban Jiwa
Kereta api dan moda transportasi lainnya jarang mengalami kecelakaan. Namun adu banteng yang terjadi di kawasan Bandung tercatat dalam sejarah karena memakan korban jiwa. Jika mengacu pada data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan kereta api mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan awal tahun 2000. Jumlah kecelakaan kereta api pada tahun 2007 masih mencapai 139 dan meningkat menjadi 126 pada tahun 2008. Kecelakaan telah menurun secara signifikan selama empat tahun terakhir. Rata-rata angka kecelakaan kereta api selama periode 2019-2022 hanya 13,75. Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan kereta api mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 45 orang pada tahun 2008 menjadi 0 orang pada tahun 2019 hingga 2022. Kecelakaan kereta api dalam empat tahun terakhir didominasi oleh kecelakaan.
Merujuk data Direktorat Jenderal Perkeretaapian, ada lima jenis kecelakaan kereta api yang diklasifikasikan, yaitu tabrakan dengan kereta api lain, tergelincir, tergelincir, banjir atau tanah longsor, dan lain-lain. Dari 55 kecelakaan kereta api yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2022, hanya satu kecelakaan yang merupakan tabrakan dengan kereta api lain, satu kali tergelincir dan satu lagi akibat banjir atau kemiringan. Kecelakaan lainnya adalah kereta api. Berikut kisah kecelakaan kereta api di Indonesia:
1. Kecelakaan Jalan Padang Panjang, 22 Desember 1944
Kecelakaan tersebut menewaskan 200 orang dan melukai 250 orang lainnya dalam kecelakaan di Singgalang Kariang, Padang Panjang (sekarang di Rest Area Lembah Anai, Sumatera Barat) yang sangat tinggi dan rawan terjadi secara mendadak. Kecelakaan itu akibat rem blong sehingga menyebabkan roda berputar dan terjatuh.
2. Kecelakaan kereta api Bumel, 20 September 1968
Kecelakaan itu terjadi di Desa Ratu Jaya, Cipayung, Jawa Barat, dekat Stasiun Citayam. Hal ini terjadi akibat tabrakan antara kereta uap Bumel dengan kereta berkecepatan tinggi dengan gerbong diesel modern.
Sebanyak 116 orang tewas dan banyak lainnya luka berat. 3. Bencana Bintaro 19 Oktober 1987
Sebanyak 156 orang tewas dan 300 orang luka-luka dalam kecelakaan kereta api di Pondok Betung, Bintaro. Tabrakan yang disebut juga bencana Bintaro ini merupakan tabrakan berkecepatan tinggi antara KA 220 Patas Merak dengan kawasan KA 225.
Kereta Rangkas membawa tujuh kereta dan menghubungkan Tanah Abang dan Merak. Sedangkan KA Merak tujuan Tanah Abang dari Rangkasbitung.
Kedua kereta tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dan tergelincir pada pukul 06:45 WIB. Banyaknya korban jiwa karena kereta terlalu penuh hingga banyak penumpang yang digantung.
4. Kecelakaan KRL di Ratu Jaya Depok, 2 November 1993
Sedikitnya 20 orang tewas dan 100 orang luka-luka dalam kecelakaan kereta api Ratu Jaya Depok (KRL).
Kecelakaan itu bermula dari kesalahan komunikasi antara Pengurus Angkutan Kereta Api (PPKA) yang berangkat dari Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam. Petugas memberangkatkan KRL dari Depok Lama tanpa memberitahu petugas Citayam. Petugas Citayam memberangkatkan KRL sehingga dua kereta yang melaju dari arah berbeda bertabrakan. Sekadar diketahui, pada tahun itu kereta masih berjalan di jalur yang sama.
5. Kecelakaan kereta api di Brebes, 25 Desember 2001
Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan terjadi pada 25 Desember 2001 sekitar pukul 04:33 WIB. Sebanyak 31 orang tewas dalam kecelakaan tersebut dan 51 lainnya luka berat.
KA 146 bertemu KA 153 Gaya Baru Malam Selatan yang menunggu melintasi 3 jalur dari sana menuju Stasiun Kejiwaan Barat. KA 146 berangkat dari Stasiun Kejaksan Cirebon pukul 03.36 dengan keterlambatan 2 jam 30 menit dibandingkan waktu yang dijadwalkan.
Tabrakan terjadi karena KA 146 melanggar rambu berhenti berwarna merah di Stasiun Kejiwaan Barat (tanda kereta akan berhenti). 6. KA Kertajaya dengan KA Sembrani, 14 April 2006
Sebanyak 14 orang tewas dalam kecelakaan KA Kertajaya yang bertabrakan dengan KA Sembrani di Stasiun Gubug, Grobogan (Jawa Tengah) Merujuk data KNKT, tabrakan terjadi antara KA 150 Kertajaya dan KA 40 Sembrani hingga empat Wesel di bagian timur. kota. Turun dari ekornya. pada pukul 02:10 Pukul 02.10 WIB KA 40 Sembrani dengan kecepatan normal sekitar 70 km/jam masuk ke Semarang. Pengemudi melihat jalan diblokir (tidak jelas) dan mengambil tindakan untuk menerapkan rem darurat (rem darurat), lalu melarikan diri. Lokomotif KA 40 dan KA 150 berusaha berbelok.
Tabrakan terjadi di pelat nomor. KA Sembrani bertabrakan dengan KA Kertajaya. Akibatnya, KA Sembrani dan tiga KA lainnya menabrak sawah di sebelah selatan rel (di sebelah kanan KA yang masuk), dan dua KA lainnya kabur.
Lokomotif KA Kertajaya terlempar ke sisi utara rel (di sebelah kiri kereta masuk). Kedua sedotan tersebut meledak, salah satunya dipisahkan dan dibuang ke sawah dekat rel kereta api, berjarak sekitar 50 meter. 7. Penentangan KRL terhadap kendaraan Pertamina, 9 Desember 2013
Tujuh orang tewas, termasuk pengemudi, asistennya, dan pengelola pelabuhan KRL Serpong-Tanah Abang, di dalam kapal tanker Pertamina yang membawa 24.000 kilogram bahan bakar itu terbalik di tengah lintasan. Pukul 11.15 WIB truk tangki dari arah Tanah Kusir menuju Jalan Ceger bertepatan dengan KRL di perlintasan nomor 57A Km. 16+974 Pondok Betung, Jakarta Selatan.
Diduga lampu depan tidak berfungsi atau truk mengabaikan sirene. Kecelakaan yang terjadi pada 9 Desember 2013 ini terjadi 200 meter dari lokasi bencana Bintaro (yang menewaskan 156 orang pada tahun 1987).
Tabrakan tersebut menyebabkan kebakaran di seluruh mobil tangki, depan KRL dan banyak rumah dalam radius 15 m. 8. KA Turangga dan KA Bandung Raya, Jumat 5 Januari 2024
KA Turangga dan KA lokal dari Bandung Raya pagi ini. Informasi terkini, empat awak kereta tewas, termasuk masinis yang terjebak.
KAI memastikan tidak ada korban jiwa di antara penumpang tersebut. Dari total 287 penumpang KA Turangga dan 191 penumpang KA Commuterline, 22 penumpang mengalami luka ringan dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Banyaknya kecelakaan kereta api di Indonesia pada awal tahun 2000an turut membantu perbaikan banyak pihak. Pemerintah dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan perubahan besar-besaran untuk mengurangi kecelakaan. Langkah-langkah tersebut antara lain mengurangi jalur menjadi satu jalur, menambah jumlah jalur ganda, melarang penumpang duduk di kereta, menggunakan satu kursi per penumpang dalam proses check-in.
Kereta api dan moda transportasi lainnya jarang mengalami kecelakaan. Namun adu banteng yang terjadi di kawasan Bandung tercatat dalam sejarah karena memakan korban jiwa. Jika mengacu pada data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan kereta api mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan awal tahun 2000. Jumlah kecelakaan kereta api pada tahun 2007 masih mencapai 139 dan meningkat menjadi 126 pada tahun 2008. Kecelakaan telah menurun secara signifikan selama empat tahun terakhir. Rata-rata angka kecelakaan kereta api selama periode 2019-2022 hanya 13,75. Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan kereta api mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 45 orang pada tahun 2008 menjadi 0 orang pada tahun 2019 hingga 2022. Kecelakaan kereta api dalam empat tahun terakhir didominasi oleh kecelakaan.
Merujuk data Direktorat Jenderal Perkeretaapian, ada lima jenis kecelakaan kereta api yang diklasifikasikan, yaitu tabrakan dengan kereta api lain, tergelincir, tergelincir, banjir atau tanah longsor, dan lain-lain. Dari 55 kecelakaan kereta api yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2022, hanya satu kecelakaan yang merupakan tabrakan dengan kereta api lain, satu kali tergelincir dan satu lagi akibat banjir atau kemiringan. Kecelakaan lainnya adalah kereta api. Berikut kisah kecelakaan kereta api di Indonesia:
1. Kecelakaan Jalan Padang Panjang, 22 Desember 1944
Kecelakaan tersebut menewaskan 200 orang dan melukai 250 orang lainnya dalam kecelakaan di Singgalang Kariang, Padang Panjang (sekarang di Rest Area Lembah Anai, Sumatera Barat) yang sangat tinggi dan rawan terjadi secara mendadak. Kecelakaan itu akibat rem blong sehingga menyebabkan roda berputar dan terjatuh.
2. Kecelakaan kereta api Bumel, 20 September 1968
Kecelakaan itu terjadi di Desa Ratu Jaya, Cipayung, Jawa Barat, dekat Stasiun Citayam. Hal ini terjadi akibat tabrakan antara kereta uap Bumel dengan kereta berkecepatan tinggi dengan gerbong diesel modern.
Sebanyak 116 orang tewas dan banyak lainnya luka berat. 3. Bencana Bintaro 19 Oktober 1987
Sebanyak 156 orang tewas dan 300 orang luka-luka dalam kecelakaan kereta api di Pondok Betung, Bintaro. Tabrakan yang disebut juga bencana Bintaro ini merupakan tabrakan berkecepatan tinggi antara KA 220 Patas Merak dengan kawasan KA 225.
Kereta Rangkas membawa tujuh kereta dan menghubungkan Tanah Abang dan Merak. Sedangkan KA Merak tujuan Tanah Abang dari Rangkasbitung.
Kedua kereta tersebut melaju dengan kecepatan tinggi dan tergelincir pada pukul 06:45 WIB. Banyaknya korban jiwa karena kereta terlalu penuh hingga banyak penumpang yang digantung.
4. Kecelakaan KRL di Ratu Jaya Depok, 2 November 1993
Sedikitnya 20 orang tewas dan 100 orang luka-luka dalam kecelakaan kereta api Ratu Jaya Depok (KRL).
Kecelakaan itu bermula dari kesalahan komunikasi antara Pengurus Angkutan Kereta Api (PPKA) yang berangkat dari Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam. Petugas memberangkatkan KRL dari Depok Lama tanpa memberitahu petugas Citayam. Petugas Citayam memberangkatkan KRL sehingga dua kereta yang melaju dari arah berbeda bertabrakan. Sekadar diketahui, pada tahun itu kereta masih berjalan di jalur yang sama.
5. Kecelakaan kereta api di Brebes, 25 Desember 2001
Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan terjadi pada 25 Desember 2001 sekitar pukul 04:33 WIB. Sebanyak 31 orang tewas dalam kecelakaan tersebut dan 51 lainnya luka berat.
KA 146 bertemu KA 153 Gaya Baru Malam Selatan yang menunggu melintasi 3 jalur dari sana menuju Stasiun Kejiwaan Barat. KA 146 berangkat dari Stasiun Kejaksan Cirebon pukul 03.36 dengan keterlambatan 2 jam 30 menit dibandingkan waktu yang dijadwalkan.
Tabrakan terjadi karena KA 146 melanggar rambu berhenti berwarna merah di Stasiun Kejiwaan Barat (tanda kereta akan berhenti). 6. KA Kertajaya dengan KA Sembrani, 14 April 2006
Sebanyak 14 orang tewas dalam kecelakaan KA Kertajaya yang bertabrakan dengan KA Sembrani di Stasiun Gubug, Grobogan (Jawa Tengah) Merujuk data KNKT, tabrakan terjadi antara KA 150 Kertajaya dan KA 40 Sembrani hingga empat Wesel di bagian timur. kota. Turun dari ekornya. pada pukul 02:10 Pukul 02.10 WIB KA 40 Sembrani dengan kecepatan normal sekitar 70 km/jam masuk ke Semarang. Pengemudi melihat jalan diblokir (tidak jelas) dan mengambil tindakan untuk menerapkan rem darurat (rem darurat), lalu melarikan diri. Lokomotif KA 40 dan KA 150 berusaha berbelok.
Tabrakan terjadi di pelat nomor. KA Sembrani bertabrakan dengan KA Kertajaya. Akibatnya, KA Sembrani dan tiga KA lainnya menabrak sawah di sebelah selatan rel (di sebelah kanan KA yang masuk), dan dua KA lainnya kabur.
Lokomotif KA Kertajaya terlempar ke sisi utara rel (di sebelah kiri kereta masuk). Kedua sedotan tersebut meledak, salah satunya dipisahkan dan dibuang ke sawah dekat rel kereta api, berjarak sekitar 50 meter. 7. Penentangan KRL terhadap kendaraan Pertamina, 9 Desember 2013
Tujuh orang tewas, termasuk pengemudi, asistennya, dan pengelola pelabuhan KRL Serpong-Tanah Abang, di dalam kapal tanker Pertamina yang membawa 24.000 kilogram bahan bakar itu terbalik di tengah lintasan. Pukul 11.15 WIB truk tangki dari arah Tanah Kusir menuju Jalan Ceger bertepatan dengan KRL di perlintasan nomor 57A Km. 16+974 Pondok Betung, Jakarta Selatan.
Diduga lampu depan tidak berfungsi atau truk mengabaikan sirene. Kecelakaan yang terjadi pada 9 Desember 2013 ini terjadi 200 meter dari lokasi bencana Bintaro (yang menewaskan 156 orang pada tahun 1987).
Tabrakan tersebut menyebabkan kebakaran di seluruh mobil tangki, depan KRL dan banyak rumah dalam radius 15 m. 8. KA Turangga dan KA Bandung Raya, Jumat 5 Januari 2024
KA Turangga dan KA lokal dari Bandung Raya pagi ini. Informasi terkini, empat awak kereta tewas, termasuk masinis yang terjebak.
KAI memastikan tidak ada korban jiwa di antara penumpang tersebut. Dari total 287 penumpang KA Turangga dan 191 penumpang KA Commuterline, 22 penumpang mengalami luka ringan dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Banyaknya kecelakaan kereta api di Indonesia pada awal tahun 2000an turut membantu perbaikan banyak pihak. Pemerintah dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan perubahan besar-besaran untuk mengurangi kecelakaan. Langkah-langkah tersebut antara lain mengurangi jalur menjadi satu jalur, menambah jumlah jalur ganda, melarang penumpang duduk di kereta, menggunakan satu kursi per penumpang dalam proses check-in.
No comments: